Kutakukan tahi yang tidak terima
Menjaganya bukanlah hal yang mudah
Apaligi godaan yang istimewa
Terlenalah sudah
Saat magrib telah tiba iringan kaki untuk beribadah
Tujuang utama untuk mencapai ridhonya
Tapi perut berkehendak lain
Meratapi kaki mengejar sesuap nasi
Nafsu lapar dibiarkan kepenjuruh arah
Menelusuri setiap hidangan yang istimewa
Memenuhi setiap pori perut meki tersembunyi
Sampai saat telah sirna, mencapi detik iqomah
Tetaplah terlena
Satu dua rakaat jamaah terkorbankan
Demi ambisi perut yang menjadi-jadi
Bukan segedar menggapai rizki
Tapi keserahkahan dalam diri
Sampai saat sholat kujalani
Pikiran terbisikan nafsu untuk segera selesai
Mengejar sisa-sisa nasi
Agar diri tak kelaparan lagi
Dimana letak konsentrasi
Saat tubuh menjalani
Pikiran penuh dengan makanan
Hati penuh dengan ambisi
Lupa pada semua yang hakiki
Dzat ilahi Robbi
Inilah hamba yang hina
Inalah makluk yang serakah
Inilah aku yang tak kuasa
Dalam segala ambisi kepuasan diri
Penyesalan sebatas penyesalan
Semua hanya untuk kepuasan
Saat berjalan pulang
Kulihat sang pekerja berbuka dengan keeringatnya
Makan lelah untuk membatalakan puasa
Tangis air mata bersama keluarga
Ingin ku bantu apa daya
Inilah semua telah masuk dalam tubuh yang hina
Andai yang kuasa membedah perut sampah
Tiadalah daya diriku memang sampah
Dimana lagi aku akan berburu Ridhomu
Sendang ku tidak mampu mendapat ridho umatmu
Saat hati menjadi kumpalan batu
Bagaimana harus kuhancurkan hatiku
berbuka, masjid joyo utomo 28 juli 2012
No comments:
Post a Comment