December 20, 2013

Lepas, Bebas, Iklas


Hari ini, sudah saya coba untuk menghindar agar tidak melihat wajahnya, namun tidak sengaja akhirnya ketemu juga.

Untuk mengurangi ketidaknyamanan, ku mencoba menghindari untuk melihat ia, sampai nanti benar-benar gak ada rasa itu lagi. Meski sebenarnya dalam semua alam jiwa inginkan semua jadi biasa, saling sapa, berbagi senyum, berbagi segala yang bisa dan konteks teman.

Dalam beberapa hari sebelumnya saya sudah mencoba biasa, namun masih juga belum bisa, ada perasaan aneh, ada rasa yang benda. Seakan ia tak ingin lagi melihat muka ini, dalam suasana rileks istirahat siang, ia dan beberapa teman yang lainya bercengkrama dan tawa canda terdengar samar dari balik kaca, namun ketika tubuh ini sudah dekat, suasana jadi berubah, terlihat kesan hampa dan ia pun menghindar dari tangkapan mata.

Tak hanya sekali, namun barulah dalam seminggu terakhir demikian. Setiap ia liat muka saya selalu menghindar, seribu tanda tanya belum terjawab kenapa demikian!, jika apa yang hamba lalukan penuh dengan kesalahan maka mohon maafkan dan lepaskan semua rasa dengan penuh keiklasan.

Kadang hamba yang sudah tak berkesempatan ini ingin mencoba mengklarifikasi, mengapa masih demikian, mengapa ada jarak yang tak terukur dari ketidaknyamanan, mengapa serasa ada sengketa dalam jiwa yang seakan tak bisa damai.

Klarifikasi pun sudah tersampaikan, ku inginkan biasa kuinginkan, kita berkawan, tak ada semua, tak ada ungkapan itu, lepas dan terbang bersama kebaikannya.

"Hati sudah ku lepas, semoga menjadi iklas. Harapan pun sudah ku pendam, semoga menjadi pelajaran. Aku ingin terbang dalam bahagia kesendirian dan mengapai bahagia berikutnya"

No comments:

Post a Comment