January 3, 2014

Kopi Hitam Kehidupan





Ya inilah kehidupan, ada gelisah dan ada bahagia, layaknya secangkir kopi hitam, ada pahit dan manis. Ketika perpaduanya pas dan kita bisa menikmati maka kenikmatan akan kita rasakan dalam hidup.


Begitu pula sebaliknya ketika ada yang kurang pas maka pastinya akan berkurang kenikmatan tersebut, terlalu pahit atau tertalu manis juga tidak enak.

Kemudian siapa yang meracik kopi kehidupan kita, si penyeduh dan peracik kehidupan kita, ya dialah sang penggerak semesta beserta isinya, tak mungkin ada yang kurang pas, carikan tersebut pastinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan kita, tinggal bagaimana kita menikmati kopi kehidupan tersebut.

Ketika kira kurang bisa menikmati dan mensyukuri kopi kehidupan, maka ada ketidaknyamanan. Kopi terlalu panas untuk segera dimunim, hidup tergesah-gesah dalam ambisi, atau dengan air dingin yang menggambarkan kemalasan hidup. Ya bakal kurang pas kenikmatanya, dalam menikmati kopi itu.

Caranya, dengan perlahan sedikit-sedikit kita tuang dalam bejana yang disebut "lepek" kemudian biarkan agak dingin, baru kita minum, sungguh cukup nikmat rasanya. Sama dengan menjalani hidup ini perlahan tapi pasti, istirahat cukup, ibadah teratur dengan penuh syukur.

Bisa juga kita samakan dengan bekerja dan berkarya sedikit demi sedikit kita tuangkan hasil pikiran menjadi karya tersendiri, menghasilan jalan untuk mendapatkan rizki kenikmatan finansial, persaudaraan dan kebaggan hati bisa berbagi.

Apalagi jika ngopi kehidupan dilakukan tidak sendiri, bersama beberapa orang, dengan canda tawa, bercengkrama dan sharing informasi keilmuan, justru menjadi kenikmatan lebih dalam kita menikmati secangkir kopi kehidupan ini.

Analogi ini sama halnya dalam kehidupan ini kita bisa berbagi dengan orang lain, menghibur hati mereka yang sedang berselimut kesedihan, memberi informasi mereka yang membutuhkan, canda tawa dalam cengkrama persaudaraan, berbagi sedikit penghasilan dengan traktiran.

Dalam kopi hitam kehidupan kita juga butuh pengabdian, kita butuh berbagi, kita butuh menyayangi dan cintai, kita juga butuh rasa bangga sebagai ekpresi dan pendorong diri untuk berkarya.

Penulis: Cairudin


No comments:

Post a Comment