August 25, 2013

Mencabut Semua Beban Sang Bunda

Ketika kecil seorang itu bisa menjadi saudara, namun setelah dewasa, tua beranak pinak, bisa menjadi musuh utama. Semua hanya karena harta warisan atau karena harta lama yang tidak jelas hitungannya. 

Entah, belum ketemu sampai kerang apa, dan kenapa semua bisa kacau seperti ini, saudara satu rahim bisa menjadi seperti musuh utama dalam kehidupan. Beban yang lebih besar sebab hal seperti justru lebih berat dibanding memiliki hutang dengan orang lain.

Apa karena rasa serakah, atau memang keilmuan yang belum sampai kesitu. Resah yang mendalam, gelisah yang tiada-tara, khususnya bagi bunda yang menjadi bagian dari tiga bersaudara yang lagi sengketa.  

Sebagai seorang anak yang lebih tua dan dianggap dewasa, bisa menyelesaikan itu semua, namun sampai tulisan ini ditulis belum juga selesai, bahkan kejelasan saja tidak ada. Sebagai seorang anak yang ingin membahagiakan orang tua, semua beban penulis ambil, entah meski puluhan ataupun ratusan juta tubuh ini siap menanggung, meski sementara masih bisa mencukupi kebutuhan hidup tubuh yang kurus ini saja.

Tekad dan keyakinan sudah tiada peduli lagi apa yang akan terjadi nanti, inginkan segera selesaikan masalah ini. Minimal semua sudah jelas tidak ada beban persengketaan lagi, semua biar bisa kembali berjalan seperti tubuh ini waktu balita. 

Melihat kesedihan dan emosi bunda yang tiada bisa terkontrol, takutkan diri jika sampai menjadi keberlanjutan menggerus kesehatannya. Selain itu bakgroun keagamaan dan kerasnya hati belum bisa terobati hanya dengan sebuah kata "Anakmu yang akan menyelesaikan".

Sengaja kata itu terucap untuk segera membebani pundak ini dengan masalah orang tua, sebab sebelumnya diri ini hanyalah beban orang tua. Sebab bahkan sebuah bentuk bangga pun tak mampu diberikan.

Dari sini sebagai anak yang harus taat pada orang tua, "Ini adalah tanggung jawabku ini adalah masalahku, semua aku yang nanggung, jangan engkau pikirkan lagi masalah ini, anak yang siap untuk mengemban tugas ini"
Sebagai anak yang berharap ibunya tidak memikirkan banyak malah dan menyenangkan diri saja dari hasil keringat anaknya dengan beribadah kepada sang pencipta, untuk mendo'akan anak-anaknya mencapai kesuksesan dan keberhasilan sesuai dengan  yang engkau dambakan.  

Meski satu masalah yang menyangkut adik laki-lakiku belum sepenuhnya selesai, aku yang tanggung, dan sekarang pun kusiap untuk selesaikan..... bersambung...A1

No comments:

Post a Comment