December 16, 2013

Kenyamanan Ngantor

Tertalu banyak orang sekitar yang mengira aku sedang berhubungan spesial denganmu. Tak bisa lagi ku pungkiri kata mereka, telah dari beberapa bulan sebelumnya memang pikiran mereka demikian. Bahkan hal ini pernah ku ceritakan kepadamu. Kau sambut dengan tawa dan dan kalimat tanya "kok bisa, hahaha".

Orang sekelilingku mengamati dengan apa yang mereka mengerti, asumsi. Mereka nenilai dari tingkah yang ada di sosial media. Dari itu semua mereka simpulkan, meski kesimpulan mereka salah namun tetap ku biarkan, biarlah waktu yang membuktikan, meski aku sudah mendapatkan jawaban. "Aku sudah punya calon" kalimat terakhir yang selanjutnya ku menjauh dan tidak ada komunikasi lagi.

Setelah dua hari berikutnya aku pun mencoba untuk membiasakan diri menganggap sumua sudah berlalu, seperti perasaan ini sebelum menghampiri.
"Ku panggil kau kawan dan kita memang kawan" ungkap hati sadarku.

"Ya biasa" jawabmu  saat ku minta biasa dan tidak ada apa-apa.

Namun semua masih terasa beda, dari sebelum ku nyatakan maksud "aku ingin mengenalmu lebih dalam" pesan yang ku sampaikan melalui akun Facebook-mu.

Ku mencoba biasa memberi komentar dan menyukai semua status yang kau tulis, seperti halnya ketika kau mulai menyukai semua status fb yang kutulis.

Sempat muncul tanda dalam pikiranku,"kenapa engkau selalu menyukai apa yang kutuliskan meski kadang hal itu tidak masuk akal dan asal-asalan sebagai hiburan".

Entah dari mana munculnya perasaan, aku pun mencoba membalas dan mengklik tombol like yang disediakan facebook yang ada di statusmu.

Beberapa hari berjalan dan terus berjalan sampai pada hari itu. Pernah ku sampaikan kepadamu didingku penuh dengan statusmu, jawaban datar yang ku terima "semubnyikan saja semua", ungkapmu.

Dalam hati sudah terasa berbeda atas apa yang kau sampaikan itu. Aku masih biasa juga, kita juga tidak pernah ketemu meski bekerja dalam satu perusahaan. Kantor kita berbeda meski dalam daerah yang sama.

Namun ada rasa yang berbeda ketika kita ketemu. Perasaan kagum dan ingin tuangkan perhatian pun muncul.

Waktu itu ia ke tempat saya kerja meski sebenarnya tidak untuk menemuiku tapi untuk menemui seorang senior terkait urusan kantor. Ia meminta untuk membukakan pintu gerbang kantor karena menggunakan paswod yang tidak ia ketahui.

Melalui pesan singkat yang ia sampaikan untuk sebuah bantuan.

Ku iya kan saja ku pikir membantu orang adalah kwajiban, sekaligus ku ingin melihat wajah asli dari pada sebuah komunikasi yang ada dalam dunia maya.

Saat pertama ku lihat wajah itu memang terasa istimewa, terlihat ceria dan ingin sekali ku masukan keceriaan itu dalam pelukan hati.

Seperti biasa, meski dalam hati sudah muncul rasa. Ya ku anggap biasa. Beberapa teman menganggap ia seperti adikku, katanya mirip, "tadi adik pean ta?, kok mirip" ungkapnya saat ia sudah pergi.

Seorang teman yang lain juga menilai engkau cantik, "siapa tadi?, kok gak pernah kelihatan dia cukup cantik dan manis" ungkapnya.

"Hahaha itu tadi anak blok sebelah, masak pean gak tahu?" Jawab sekaligus tanyaku.

"Ya ndak pernah ku lihat wajahnya" jawab temanku.

Kembali pada status yang menggugah rasa suka ku padanya "cinta yang sederhana".

Ku sukai dan kutanggapi status itu dengan bercanda serperti ketika ngerjain beberapa status teman yang pamer kemesraan.

"Hahahhahaha, swiet swiet" tulisku dalam komentar.

Terasah sangat indah dan berbunga-bunga, bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata, begitu istimewa. Namun sayang asumsi dan kesimpulanku salah itu bukan untukku tapi untuk orang lain.

Apalagi kita sekontor, rasanya sungguh tidak nyaman bagiku, bahkan terasa banyak kesalah gara suatu ungkapan yang tidak banyak pertimbangan tersebut.

Pihak managemen kantor memutuskan untuk team dipindahkan ke kantor timur, tempat ia bekerja.

Dalam pikiranku "matih..!!!".  Tapi bagaimana lagi semua tetap harus dijalani dengan senang hati. Meski perlu adaptasi dan mencari  kenyamanan lingkungan, semua juga harus tetap ku lakukan untuk bertahan.

Ku anggap semua sudah selesai setelah ku dapatkan kepastian jawabanya. Dan biasa-biasa saja, dan yang tahu hanya kita dan Tuhan sang penguasa, ternyata tidak demikian.

Beberapa kata terdengar, ini yang mantan,...!! "Ha" keherananku muncul dasyat, dalam hati hanya bisa berkata, masih dalam menanyakan saja sudah demikian gimana kalau beneran pacaran, lebih mampus lagi aku berada disini, mati kutu kena kibul kerumunan ibu senior".

Mendengar kata itu langsung saja ku menghindar menuju meja kerja. Pikiran hanya bisa menggrutu "mampus-mampus, pertama pindah tempat kerja uda ada suasana tidak nyaman".

Meski demikian tetap ku harus gunakan logika dan realitas harus tetap aku jalani, bertahan untuk bekerja dan berpenghasilan, bukan lari dari kenyataan kemudian jadi kemalasan. Meski berat dan kadang muncul kemalasan, yang berimbas pada pekerjaan, banyak kesalahan.

Dalam satu minggu aku pun lebih banyak dia. Memendam ketidaknyamanan tersebut, ku kira sudah nyaman yang tahu hubunganku dengan hanya kita, ternyata salah.

Beberapa orang disekeliling juga tahu, justru mengganggapku mantanya, "sentak dalam dada, hah....",
Memang tidak begitu jelas, namun suara itu cukup jelas untuk kupahami, ketika ia berkerumun dengan rekan-rekanya dan membicarakan, "yang ini orangnya" celetuk salah seorang.

Tampa pikir panjang segera saja ku tinggalkan tempat tersebut dan pergi ke ruang kerja. "Ah tak kusangka sampai demikian" batinku menggerutu.

Kembali ku kemeja kerja tanpa kenyamanan, seakan semua konsentrasi hilang, jutru perasaan persalah yang muncul, "salah langsung tembak tanpa verifikasi". Namun ku sadari ini memang kesalahan tapi jangan sampai terulang lagi.

Sudah dua kali mengalamai kegagalan yang sama masak yang ketiga juga akan demikian, akan kuperdalam terlebih dahulu untuk memahami sebuah rasa dan mecari tahu terlebih daluhu sebelum eksekusi.

Pernah juga langsung tembak jawabanya juga sama "saya sudah punya tunanggan". Kalau nembak cewek sudah dapat jawaban demikian sudah pupus semua usaha, beda lagi kalau jawabannya cuma "aku sudah punya pacar," jawaban kayak gini masih bisa diperebutkan tinggal yang kuat yang menang hahhaha, jadi ngelantur.

Dalam satu minggu berlalu suasana lingkungan kerja yang baru belum kutemukan kenyamanan, benar-benar masih sangat membosankan. Apalagi kalau melihat dia, haduh sungguh tak nyaman, padahal hamba sudah sangat ingin menjadikan susana sangat biasa bercanda dan tertawa. Tapi entah apa yang tersembunyi dari wajah itu, seakan tunduk tak mampu  menatap ketika ku tujukan sorot mata kepadanya.


Hatiku cuma bisa bertanya-tanya dan tak mampu memastikan, takut jika ku pertanyakan malah dikira hamba masih mengejarnya. Padahal jawaban sudah sangat jelas dan sejelas-jelasnya.

Ku pepikir perlu strategi baru untuk  membuat nyaman dalam bekerja, seminggu sudah masak tidak bisa menaklukan lingkungan yang angkuh dan kaku ini.  Sudah ku atur rencana ketika berangkat untuk mengucapkan selamat pagi kepada semua  yang ku temui, tetepi entah mengapa ketika melihat wajah-wajah yang sibuk dengan pekerjaan masing-masih, bibir ini justru enggan untuk berucap.
"Selamat pagi tai kucing".

Kemudian ketika istirahat siang ku coba juga untuk berbaur dengan mereka tapi ya apa, sama saja tubuh masih kaku, untuk mengetuk kehidupan lingkungan yang kaku.

Besok harus tetap berusahan ...!!! robohkan lingkungan yang tak nyaman...!!! Anjing dengan semua perasaan sungkan dan feodal kerajaan...!!!

Bersmbung, sambung seminggu pertama dikantor timu

No comments:

Post a Comment