August 13, 2013

Lebaran ke 4 Silaturrahim yang Menjadi Beban

Masalah keluarga memang tidak bisa disangka kapan datangnya, sebagaimana kedatangan beban yang datang di hari terakhir berada dirumah sebelum kembali menjalankan rutinitas di kota pelajar. Tepat hari ke 4  idul  fitri 2013 yang seharusnya menjadi hari membahagiakan atas kunjungan saudara dan kerabat, namun menjadi beban yang sangat berar bagi bunda tercinta.

Panman, adik ibu yang ku kenal kemurahan hatinya untuk membantu keluargaku sepeninggal ayah ketika diriku masih usia sekolah dasar dan adik-adiku masih balita. Ya, ia yang selalu mengirimkan uang kebutuhan keluarga kami sampai kakakku bisa kuliah di Universitas negeri terkemuka, UM. Namun pada waktu itu aku tidak mengerti apa-apa yang penting bisa sekolah dan membantu orang tua sebisanya.

Terkadang juga kenakalan mengihasi masa-masa itu, kenakalan yang masih wajar dalam pandangan anak sekarang, keluyuran malam hari, berenang disungai, mengambil hasil tamanan diladang orang (berbuatan terburuk setelah sadar ketika masuk panti asuhan).

Ketika ia dan anak istrinya datang kerumah, aku masih tertidur dikamar, kemudian terbangun atas keramain tersebut. Siang itu sekita pukul 10.30 Wib baru ku buka mata dan membangunkan diri untuk menemui mereka, sebab semalam sebelumnya bergadang di rumah sakit Al-Aziz karena saudara jauh ada yang dirawat. Setengah tersadar dan pusing dan berjalan ngontai kekamar mandi untuk membasuh muka, setelah setelah itu baru menemui mereka bersam ibu dan dua adikku.

Pada hari itu ia datang untuk bersilatur rahim dengan momen lebaran, namun ada juga maksud yang belum terselesaikan antara dia dan ibu. Masalah bertahun-tahun yang pernah memuncak pada 5 tahun lalu, sebelum diriku melakah kuliah. Antara paman, ibu, dan adik ibu, mereka tiga bersudara yang sampai hari ini belum akur.

Suasana untuk menjamu mereka juga kurang enak, karena beberapa kue lebaran sama sekali tidak disentuh bahkan minumpun tidak. Entah sebelumnya juga ada masalah apa lagi yang muncul karena sebelumnya mereka juga melakukan pembagian warisan kebun dari nenek. "diam ku dalam bingung, siapku dalam menghargai mereka sebagai orang tua'.

Entah mengapa begitu berat, menyelesaikan masalah bagia orang tua, saudara sendiri bisa menjadi musuh, semoga kelak diriku dan saudaraku tidak demikian. Untuk semua orang juga, semoga ini menjadi pelajaran meski ini adalah ujian dari sang maha pencipta alam, semoga segera selasai dan apa yang kulakukan aku dan keluarga ku menjadi amal ibadah yang diridhoi-Nya.

bersambung...



No comments:

Post a Comment