May 16, 2013

Wisuda, Buat Apa?

Banyak yang menggap, Wisuda sarjan merupakan hal yang sangat sakral dan semua harus di ikuti dengan hitmad serta melibatkan orang tua. Melalu beberapa prosesi dan sumpah sarjana, mereka dinyatakan sebagai orang yang telah memiki tambahan tiga huruf dibelakang namanya, memang ada yang cuma dua huruf.

Sebuah prosesi yang melibatkan kedatangan orang tua dan menjadi kebanggan bagi mereka yang menemukanya. Tapi bagi "mahasiswa ini" semua itu hanya hal melelahkan, menghabiskan banyak biaya dan membuat keluarga yang datang terlantar sia-sia.


Teringat dengan penulis novel tanpa bangku sekolah yang memaparkan, kejenuhan, kebosanan, kesia-sian, dan kegelisahan dalam bangku sekolah formal. "buat apa sekolah hanya sekedar untuk mendapatkan selembar kertas Ijazah, kemudian kesana kemari mencari lowongan kerja, mendingan gunakan waktu sekolah untuk terus belajar dan menulis". Ini salah satu ungkapan yang penulis ingat saat membaca novel tersebut.

Kemudian ada satu kalimat yang belum terlupakan "Kalian lulus dari sekolah akan menenteng selembar kertas Ijazah, dan pada waktu itu Aku (penulis novel) akan membawa karya untuk kalian". Sebuah kalimat yang cukup mempengaruhi alam bawah sadar bahwa pendidikan itu penting.

Kalimat ini bagi pembaca bisa memiliki dua kemungkinan, malas untuk sekolah dan menyia-nyiakan waktu untuk terus belajar. Kemudian yang kedua pembaca bisa tertantang untuk terus belajar dan membuktikan dirinya juga mampu untuk menghasilkan sebuah karya.



Dari sini akhirnya muncul niatan penulis untuk membuat sebuah karya berbentuk buku, entah itu novel atau karya ilmiah yang lainnya, namun sayang semua belum terwujud. Kumpulan puisi yang sudah tersusun menjadi buku dan dikirim ke dua penerbit juga belum ada tanggapan. Kemudian novel dari kumpulan cerpen sudah tersusun menjadi beberapa halaman juga hilang karena lost partisi hardisk. Yang terakhir kumpulan tulisan analisis dan pengamatan pribadi yang kurang sepuluh hari ingin dicetak sebagai kenang-kenangan wisuda, memorinya kena viru dan tidak bisa dibuka, akhirnya file hilang.

Penulis memang belum mampu untuk menghasilkan sebuah buku yang bisa meminimalisir kecewa pada pendidikan formal "KAMPUS" namun semua memang sudah menjadi rantai yang rumit permasalahan komersialisasi pendidikan, oknum, budaya dan sebagainya.

Kecewa itu juga karena kampus belum mampu menunjukan mahasiswanya kepada dunia sejahtera dan mandiri sesuai dengan kurikulum yang telah diprogramkan. Dan pada intinya meski telah menjadi sarjana masih menjadi penggaguran.


bersambung

No comments:

Post a Comment