December 19, 2012

Semangat Pagi "Desa"


Begitu semangat si embah...
pagi2 sebelum mentari terbagun sudah siapkan nasi...
"untuk para pekerja disawah" ktanya..

baru saja ku buka mata dan cuci muka ...
"sarapan cung" tawaran si embah
"mangke krien, tasek dereng sekeco maem, keenjiangan" jawabku ....

cukup luar biasa, kehidupan masyarakat desa, begitu semangat, melebihi mentari
kehidupan pekerja cukup bahagia....
sebentar berkeja, sudah dikirim makan, upah yang didapatkan juga cukup mensejahterakan...
sayang memang tidak dalam keseharian, demikian.

jauh dengan buruh kota berkerja pagi, bisa makan sianga, berangkat malam, pagi baru bisa makan, berangkan siang, malam baru bisa makan.

upah hanya bisa untuk bertahan, tak mampu menggapai kesejahteraan...
meski dalam keseharian, ada pekerjaan, itu juga melelahkan...

kota-desa, hampir sama, tinggal pilih mana yang kita suka...!!

Semua telah dikuasi oleh kaum serakah, pilih di kuduanya sama saja, kerja lebih dan lebur harus menjadi kehrusan yang tidak mungkin dihindarkan untuk memnuhi semua kebutuhan.

Sebagaimana semangat Sie Embah dalam  memperjuangkan hidupnya, bermodal lahan sawah dan ladang, bertahan sendirian, setelah si kakek meninggalkanya, beristirahat dalam takdir manusia yang semua pasti akan mengalami, "kematian".
dua Anaknya yang sudah berkeluarga dan mandiri, hanya mengunjungi ketika liburan tiba, maklum mereka sudah menjadi para pejabat pemerintah yang hanya memiliki kesempatan ketika liburan untuk melihat orang tua tercintanya.


Dalam Sandiwara pemikiran didink hanya bisa mengambil, pelajaran atas apa yang dilihat dan rasakan. Pertama: Mengambil semangat hidup si embah, dalam memnuhi apa yang heharusnya bukan tanggung jwabnya, meski itu dirinya sendiri.

 "anak-anaknyalah yang harus memanjakan beliau" tegur  didink dalam hati.

kedua: Sesama orang biasa dan susah, saling berbagi bahagia dalam kebersamaan, berbagi senyum dan rizki yang dimiliki, Menjujung tinggi para pekerja yang menjadi tumpuhan kehidupan.

"bos atau juragan, bukanlah Tuhan yang bisa berkehendak kepada para pekerjanya dengan sesukanya, memulyakan mereka merupakan tindakan manusia sebagai kholifah dinia" pesan didink untuk mengingatkan kesombonganya, yang sewaktu-waktu muncul, seperti rerumputan pada musim hujan.

Ketiga: Desa dan kota sama saja, dalam lingkup penguasa yang serakah yang akan jadikan kesengsaraan, kota dan desa saling keterkaitan antara kedunya.
Orang desa tidak harus berbondong-bondong kekota untuk mencari uang dan pekerjaan, desa penuh pekerjaan untuk pengembangan dan meningkatkan penghasilan.

"mungkin kita masih keterbatasan untuk melihat kemampuan diri, mengembangkan apa yang dimiliki, memberikan yang berarti untuk sekitar" dalam hati didink untuk mengingatkan langkah kakinya dalam menjalani kehidupan.

Semua memang dari dalam diri manusia masing-masing, diri yang merdeka bisa mengkondisikan alam sekitarnya, untuk kemanfatan yang berkelanjutan. Meski itu kota atau desa, semua tempat istemewa, bagian terkecil dalam alam raya.

Didink kembali mengarungi detik kehidupanya, melankah menuju pintu dan keluar menghirup udara segar, mesakan hangatnya mentari, menikmati setiap sudaut perjalanan, menuju ladang.

20 Desember 2012

No comments:

Post a Comment