December 18, 2012

Petani Damai part 2

Memang ucapan beliau hanya sekilas namun penuh pesan kegelisahan, semua diluar banyangan kedamaian dan keindahan yang tampak. Sebagai seorang buruh tani hanya mampu memutar sendi sampai letih, orang lain yang merasakan hasil tetesan keringat.

"regine mes awis, hasil panenipun murah, mboten seimbang" penjelsan beliau

Masih banyak jelas beliau mengunakan bahasa jawa, sengaja tidak penulis paparkan terlalu banyak. intinya pak tani mengambarkan kehidupanya hanya berputar, seperti roda mesin, sedangkan hasilnya yang menikmati orang lain. Kerja kerasnya belum seimbang dengan penghasilan yang didapatkan. Untuk menambah penghasilan harus dengan memiliki binatang periaraan kayak: ayam, kambing atau sapi.

Paginya berkerja diladang dan sorenya harus mencari rumput, untuk makan ternak. Karena jika cuma bergantung pada hasil panen harus meninggu tiga sampai empat bulan, sedangkan kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi, belum kebutuhan mingguan dan bulanan. Ya, dari binatang periaraan ini disandarkan kebutuhan.

Sekilas dalam pikiran tercurah penafsiran dan kesimpulan, kehidupan pertanian yang seharusnya dimulyakan, hanya sekilas dibuat mainan, mereka yang tega (kaum serakah). Mereka terlihat berkerja diladang hanya sebagai hiburan dan rutinitas yang harus dijalani, agar masyarakat yang lainya bisa tetap makan, menstabilkan ekonomi negeri.Tapi tidak ada oenghargaan dari mereka yang setiap hari makan dari keringat para petani, justru kaum serakah memono poli pupuk dan hasil panen agar dapatkan laba sebanyak-banyaknya.

"Semoga tidak terjadi, maslahat lebih diutamakan" asumsi negatifku bergentayangan, andaikan para petani mogok tidak menanam padi, jagung, kedelai dan lainya, masyarakat akan makan apa, beruntung mereka tidak melakukan hal itu, meski kesadaran politiknya sudah sampai kesitu.

Bersambung..

No comments:

Post a Comment