August 11, 2012

Kampus: Tanpa Jawaban

Kampus, sudah setengah siang hamba sampai, menempati janji untuk kebaikan dua pribadi. Suasana yang cukup legang karena hari ini adalah hari terkhir untuk KRS-an, ditambah bulan puasa. Cukup berbeda dengan kemarin, tiga hari sebelumnya carut-marut mahasiswa mondar-madir memburu tanda tangan silih berganti, seperti kaum semut menemukan gula.

Sesampai di kampus langsung ku temui kawan yang dari kemaren kita sudah janji, tepat di selatan perpus pusat, sebelah pintu masuk parkiran sebelas selatan. Dengan tubuh gegap dan sedikit gemuk memandangku dengan semangat seakan menemukan harapan, Diselah matanya yang masih kuyup dan sedikit memerah mungkin semalam juga sama bergadang.


"Ko' agak lama!!" sapanya dengan riang

"dari tadi nunggu ya?" sahut ku, bukan malah menjawab pertanyaan dia
"Biasa agak kelamaan tadi dikamar mandi" ku coba tuk menambahi penjelasan yang memang sengaja ku samarkan agar dia tidak terlalu larut dalam kecewa.

"Uda bisa g' mandi gitu ko' masih lama di kamar mandi" ejeknya dengan senyum menghibur.

"boker" jawabku dengan singkat.

"ha ha", "ha ha"

kita tertawa bareng

"Ayo cepet jangan kebanyakan tertawa nich masalah lum juga selesai" sekilas dia memecah dengung tawa. Aku pun tersadar untuk cepat mengikuti dia.


Kami berdua menuju faklutas tarbiyah yang tidak jauh dari tempat kami bertemu sekitar 50 meter. Fakultas tempat birokrasi mengatur sistem perkuliahan untuk menghasilkan out put seperti kita, entah jadi manusia seperti apa...??


Disana kami menemui sekretaris jurusan, di ruang kerjanya yang waktu itu masih lumayan sepi hanya ada satu staf dan beliau, entah  kajur juga belum datang, mungkin sesuai kebiasaan beliau datang lebih siang dari mahasiswanya.


Setelah menengok dari pintu, sudah kelihatan beliau, kami langsung masuk, menghadap kemejanya.


"Ada yang bisa dibantu?" sambut beliau.

"Kami cuma memastikan kenapa mata kuliahnya ko' belum dipasarkan?" jawab teman disamping, dengan nada sedikit kecewa dan penuh harapan.

"Kemarin sudah kita ajukan ke pihak puskom, namun entah ko' belum dipasarkan" Penjelasan beliau dengan harapan kami bisa tenang tidak banyak protes.


"bagimana pak?, ini sudah hari terkhir KRS, masak kami harus sia-siakan uang bayar satu semester namun tidak mendapatkan hak". sahut ku dengan nada sedikit tidak terima atas kinerja pihak birokrasi.


"Sabar, pasti kami bantu" sahut sekjur, dengan muka datar dan sedikit membuka senyum untuk coba mengontrol emosiku. 


Dalam pikiranku menghujam "memang sudah menjadi pekerjaanmu untuk melayani kami, karena engkau di gaji juga dari uang kami" untung hati masih bisa mengontrol emosi, disisi lain masih puasa. andaikan tidak entah jadi apa?.


Dalam kebingunan suasana kita sempat hening, berfikir jalan yang mungkin bisa menjadi solusi untuk kebaikan bersama. Tercuap dalam ucapanku "bagimana kalu kita transfer mata kuliah ke jurusan lain, PGMI atau P.IPS" dua jurusan yang kebetulan satu fakultas dan memasarkan mata kuliah yang kami butuhkan.


"Bagaiman mekanismenya pak?" tanya teman ku yang dari tadi mencoba untuk memahami dan mencari solusi. "belum ada mekanisme yang mengatur demikian" jawab sekjur dengan tegas "meskipun ada itu melalui mekanisme diluar kinerja kami, coba kalian tanyakan ke fakultas" tambah penjelasan beliau dan sedikit menghidar agar tidak kami repotkan lagi.


Sudah menjadi kebiasaan para birokrasi untuk melempar masalah mahasiswa, mahasiswa itu terlalu merepotkan di mata mereka.


 "Ada saja ulah dan kasus, padahal sistem sudah di tata secara IT, administrasi dan sebagainya". Mungkin ini yang ada dipikiran mereka, hanya sebatas asumsi negatifku untuk mencoba kritis terhadap sikap beliau.


Lagi-lagi tanpa jawaban yang pasti nasib kuliah kami. Sebuah jawaban diplomatis yang kami harus terima tanpa protes "tunggu saja sampai jam 15.00 WIB, nanti jika dipasarkan langung temui saya, saya yang akan menandatangani, jika sudah dirumah langsung saja kerumah". ucapan beliau dengan semangt untuk meyakinkan kami, bahwa beliau isa membantu semaksimal mungkin. Akhirnya kami meninggalkan ruangan beliau tanpa salam.


Seiring langkah kaki, tubuh berat untuk semangat lagi, mengemban  berjuta kekecewaan, tertumpuk dalam hati, mengotori pikiran yang jernih, bersetubuh menjadi satu dalam ambisi, menjadi satu dalam ketidakpastian.


"Sudah bayar tidak ada kuliah, mau ngerjakan apa?" grutu temanku.

Kami melangkah keluar mencoba mencari jala keluar. "BAAK Fakultas mungkin bisa bantu untuk transfer mata kuliah" sahutku atas gerutu teman.

Pintu fakultas yang terbuka untuk mahasiswanya, menanti untuk kami masuki menyelesaikan kekecewaan yang terpendam.


bersambung ...


berngkat dari kejadian 06 Agustus 2012, di jurusan tercinta sekaligus kecewa.

No comments:

Post a Comment