June 19, 2013

Adiku Akan Nikah Terlebih Dahulu

Pernikahan bukan sekedar menyatukan diri kita dengan pasangan, pernikahan adalah penyatuhan dua keluarga yang berbeda. Ketika diri sudah meniatkan diri untuk melangkah menuju bejana terpisah dari sang ayah dan bunda, disitulah letak penentuan diri, mandiri seutuhnya.

Adik ku yang selama ini jauh di wilayah sebrang, sudah lima tahun kita tidak satu tempat tenyata dia lebih berani untuk menyegerahkan keputusan itu. Sejak bersama dalam satu naungan asrama dia masih pendiam dan lugu, menurut apa yang menjadi nasehat orang tua, menerima saran sang kakak. Namun perubahan luar biasa ketika dia mulai mencitai dan menyukai seorang yang ia yakini menjadi tulang rusuknya...!!

Ia lebih berani mengambil keputusan, untuk menyegerahkan menjalin hubungan keluarga, meski usianya tiga tahun dibawah kakaknya yang sampai hari ini belum mendapatkan pacar dan calon yang sesuai.

Tapi aku akui dia memang berani, di saat masih mengeyam pendidikan perkuliahan dan pesantren, dia maju untuk segera mempersunting anak orang. Bagaimana pun sebagai kakak akan tetap mendukung apa yang dilakukan sang adik selama itu masih dalam jalan kebaikan.

#----#
Curhatan ibu yang ku dengar melalui spiker telepon genggam, sempat menyengat hati, "Adikmu minta lamaran, ibu kesulitan biaya" ungkap ibu dengan nada bingung. Sambil menenangkan diri aku menjawab, "kronologinya gimana?" ibu lanjutkan ceritanya dari awa sampai akhir. Mulai dari tingkah adik yang sudah berani membawa pacarnya ke rumah, sampai pada permintaan calon mertua adikku yang minta segera melamar anaknya. Cukup panjang ku dengar.

Meski telinga sudah terasa panas, namun berbicara dengan orang yang telah melahirkan kita harus rela melakukan segalanya. Rasa telinga panas itu hanyalah karena sebuah emosi, emosi atas kurang mampunya diri untuk menerima yang terjadi. 

"Bunda adalah segalanya" ungkap hati yang paling dalam.

Sampai pada titik kesimpulan untuk meringankan beban ibu, "jalani saja masalah teknis nanti saya yang ngatur" ungkapku sebagai anak laki-laki yang sudah saatnya membalas peluk hangatnya dengan ungkapan yang melegahkan hatinya.

Setelah menutup telepon, pikiran mulai menyabang kemana-mana, mencari celah jalan dan mengumpulkan segala informasi agar semua bisa berjalan dengan lancar. Masih banyak yang belum bisa aku ungkapkan dengan tulisan ini........(PR)

Pikiranku kacau bukan karena adik telah mendahului untuk menikah, namun pikiranku kacau memikirkan bagaimana kebingunggan bunda.....

Maafkan anakmu yang satu ini belum bisa disampingmu untuk menyelesaikan semua. Anakmu di kota rantau untuk bekerja juga untuk kemandirian diri  dan belajar membalas kasih sayang keluarga.

"Pangestu ipun buk".. ungkap dalam hati, teriring do'a semoga semua dimudahkan dalam menjalani.. Amien..


Bersambung..

No comments:

Post a Comment